Asal usul hari valentine

Diposting oleh Hidayat on Senin, 14 Februari 2011


Asal Usul Hari Valentine
Pada zaman modern ini, hari
Valentine didominasi oleh hati
berwarna pink dan yang
dipanah oleh Cupid. Padahal
asal-usul perayaan ini justru
sangat berbeda jauh dengan
simbol-simbol cinta ini. Valentine
sebenarnya adalah seorang
biarawan Katolik yang menjadi
martir. Valentine dihukum mati
oleh kaisar Claudius II karena
menentang peraturan yang
melarang pemuda Romawi
menjalin hubungan cinta dan
menikah karena mereka akan
dikirim ke medan perang. Ketika itu, kejayaan kekaisaran
Romawi tengah berada di
tengah ancaman keruntuhannya
akibat kemerosotan aparatnya
dan pemberontakan rakyat
sipilnya. Di perbatasan
wilayahnya yang masih liar,
berbagai ancaman muncul dari
bangsa Gaul, Hun, Slavia,
Mongolia dan Turki. Mereka
mengancam wilayah Eropa
Utara dan Asia. Ternyata wilayah
kekaisaran yang begitu luas dan
meluas lewat penaklukan ini
sudah memakan banyak
korban, baik dari rakyat negeri
jajahan maupun bangsa Romawi
sendiri. Belakangan mereka
tidak mampu lagi mengontrol
dan mengurus wilayah yang luas
ini.
Untuk mempertahankan
kekaisarannya, Claudius II tak
henti-hentinya merekrut kaum
pria Romawi yang diangap masih
mampu bertempur sebagai
tentara yang siap
diberangkatkan ke medan
perang. Sang kaisar melihat
tentara yang mempunyai ikatan
kasih dan pernikahan bukanlah
tentara yang bagus. Ikatan kasih
dan batin dengan keluarga dan
orang-orang yang dicintai hanya
akan melembekkan daya
tempur mereka. Oleh karena
itu, ia melarang kaum pria
Romawi menjalin hubungan
cinta, bertunangan atau
menikah.
Valentine, sang biarawan muda
melihat derita mereka yang
dirundung trauma cinta tak
sampai ini. Diam-diam mereka
berkumpul dan memperoleh
siraman rohani dari Valentine.
Sang biarawan bahkan memberi
mereka sakramen pernikahan.
Akhirnya aksi ini tercium oleh
Kaisar. Valentine pun
dipenjarakan. Oleh karena ia
menentang aturan kaisar dan
menolak mengakui dewa-dewa
Romawi, dia dijatuhi hukuman
mati.
Di penjara, dia bersahabat
dengan seorang petugas penjara
bernama Asterius. Petugas
penjaga penjara ini memiliki
seorang putri yang menderita
kebutaan sejak lahir. Namanya
Julia. Valentine berusaha
mengobati kebutaannya. Sambil
mengobati, Valentine mengajari
sejarah dan agama. Dia
menjelaskan dunia semesta
sehingga Julia dapat merasakan
makna dan kebijaksanannya
lewat pelajaran itu.
Julia bertanya,
“ Apakah Tuhan sungguh
mendengar doa kita?”
“Ya anakku. Dia mendengar
setiap doa kita.”
“Apakah kau tahu apa yang aku
doakan setiap pagi? Aku berdoa
supaya aku dapat melihat. Aku
ingin melihat dunia seperti yang
sudah kau ajarkan kepadaku. ”
“Tuhan melakukan apa yang
terbaik untuk kita, jika kita
percaya pada-Nya ”, sambung
Valentine.
“ Oh, tentu. Aku sangat
mempercayai-Nya”, kata Julia
mantap. Lalu, mereka bersama-
sama berlutut dan memanjatkan
doa.
Beberapa minggu kemudian,
Julia masih belum mengalami
kesembuhan. Hingga tiba saat
hukuman mati untuk Valentine.
Valentine tidak sempat
mengucapkan perpisahan
dengan Julia, namun ia
menuliskan ucapan dengan
pesan untuk semakin dekat
kepada Tuhan. Tak lupa
ditambahi kata-kata, “Dengan
cinta dari Valentin-mu” (yang
akhirnya menjadi ungkapan
yang mendunia). Ia meninggal
14 Februari 269. Valentine
dimakamkan di Gereja Praksedes
Roma.
Keesokan harinya , Julia
menerima surat ini. Saat
membuka surat, ia dapat
melihat huruf dan warna-warni
yang baru pertama kali
dilihatnya. Julia sembuh dari
kebutaannya.
Pada tahun 496, Paus Gelasius I
menyatakan 14 Februari sebagai
hari peringatan St. Valentine.
Kebetulan tanggal kematian
Valentine bertepatan dengan
perayaan Lupercalia, suatu
perayaan orang Romawi untuk
menghormati dewa Kesuburan
Februata Juno. Dalam perayaan
ini, orang Romawi melakukan
undian seksual! Caranya,
mereka memasukkan nama ke
dalam satu wadah, lalu
mengambil secara acak nama
lawan jenisnya. Nama yang
didapat itu menjadi pasangan
hidupnya selama satu tahun.
Lalu pada perayaan berikutnya
mereka membuang undi lagi.
Rupanya Paus tidak suka pada
cara perayaan ini. Karena itulah,
gereja sedikit memodifikasi
perayaan ini. Mereka
memasukkan nama-nama santo
dalam kotak itu. Selama
setahun, setiap orang akan
meneladani santo yang tertulis
pada undian yang diambilnya.
Untuk membuat acara itu sedikit
lucu, gereja juga memasukkan
nama Simeon Stylites. Orang
yang mengambil nama ini
dianggap apes alias tidak mujur,
soalnya Simeon menghabiskan
hidupnya di atas pillar, tidak
beranjak satu kali pun.
Nama Valentine lalu diabadikan
dalam festival tahunan ini. Di
festival ini, pasangan kekasih
atau suami istri Romawi
mengungkapkan perasaan kasih
dan cintanya dalam pesan dan
surat bertuliskan tangan. Di
daratan Eropa, tradisi ini
berkembang dengan menuliskan
kata-kata cinta dan dalam
bentuk kartu berhiaskan hati
dan dewa Cupid kepada
siapapun yang dicintainya. Atau
memberi perhatian kecil dengan
bunga, coklat dan permen.
Di zaman modern, kebiasaan
menulis surat dengan tangan
diangap tidak praktis. Lagipula,
tidak setiap orang bisa
merangkaikan kata-kata yang
romantis. Lalu muncullah kartu
valentine yang dianggap lebih
praktis. Kartu Valentine modern
pertama dikirim oleh Charles
seorang bangsawan Orleans
kepada istrinya, tahun 1415.
Ketika itu dia mendekam di
penjara di Menara London.
Kartu ini masih dipameran di
British Museum. Di Amerika,
Esther Howland adalah orang
pertama yang mengirimkan
kartu valentine. Kartu valentine
secara komersial pertama kali
dibuat tahun 1800-an.
Sayangnya, dari hari ke hari,
perayan Valentine telah
kehilangan makna yang sejati.
Semangat kasih dan
pengorbanan St. Valentine telah
dikalahkan oleh nafsu
komesialisasi perayaan ini.

Artikel Terkait



{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar

komentar yang bersifat sara, menghina tidak akan di tampil kan.